Covid Melejit, Petani Gambir Menjerit




SagoNews.com -  Pandemi covid-19 angkanya kian melejit diberbagai penjuru dunia. Berdampak pada eksportir gambir, "kondisi sekarang bikin pusing, gambir tidak bisa dikirim ke India, lockdown total karena Covid. Uang pengepul (toke) sudah mulai habis," kata eksportir dan penggiat gambir, Sepdi Tito Salimbado, kepada media ini, Kamis (9/4/2020).

Akibat kondisi itu pula, dipastikannya akan banyak petani menjerit dan pengolah gambir menjadi produk siap ekspor akan berhenti total. Diketahui, setelah dipanen, gambir harus dikampo (sebuah cara untuk mengekstrak gambir) sehingga menjadi produk yang dapat diterima pasar dunia.

Dikatakan eksportir tersebut, tukang kampo sudah mulai berhenti, berarti tidak adalagi yang membeli daun gambir. Artinya, tidak adalagi pemasukan untuk petani gambir.

"Pengalihan mata pencarian barangkali bisa dilakukan, tetapi sangat sulit karena keterbatasan lahan dan kebiasaan petani gambir. Selain itu, gambir juga bisa dijual langsung oleh produsen gambir ke pasar lokal dan pasar internasional secara online, salah satu caranya melalui marketplace," kata Tito yang selama ini mengekspor gambir melalui perusahaannya PT. Salimbado Jaya Indonesia.

Ia juga berpesan kepada pemerintah daerah Kabupaten Limapuluh Kota, agar memikirkan nasib petani dan juga pengolah gambir. "Karena jika mereka sudah beralih ke komoditi lain, berarti Limapuluh Kota hilang dari peta produsen gambir," katanya.

Selama ini sudah kenyataan jika pemerintah daerah gagal menjamin kepastian harga gambir, sekarang di tengah pandemi covid-19 akankah pemerintah berhasil dalam menjaga tanaman endemi gambir? Apalagi gambir sudah terlanjur menjadi primadona daerah sebelum jeruk siam Gunuang Omeh,  Ucapnya kepada media ini.

Sekedar diketahui bahwa, Kabupaten Limapuluh Kota, adalah penghasil gambir terbesar di Provinsi Sumatra Barat. Tanaman yang mempunyai kandungan catechin atau katekin itu sangat berguna untuk farmasi, tekstil dan lainnya sebagai bahan pembuat cat tembok.

Di Kabupaten Limapuluh Kota, tanaman bernama latin uncaria itu tumbuh subur di sebagian Kecamatan Mungka, Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Kapur IX, pada masanya tanaman ini mampu membuat kehidupan petani setempat jadi sejahtera.

Meskipun fluktuasi harga sering kali tidak berpihak kepada petani namun dari  kuantitas panen, para petani masih dapat mengepulkan asap di dapur rumah mereka. Diperkirakan, ratusan bahkan ribuan Kepala Keluarga (KK) hidup dari hasil tanaman gambir tersebut. (frp)