Oleh: Lucky Mahesa Yahya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Andalas
Sagonews.com, Rabu 6 Nov 2024 -
Revolusi teknologi telah membawa berbagai perubahan dalam banyak sektor, salah satunya adalah sektor keuangan. Di antara teknologi yang paling revolusioner, blockchain menempati tempat yang signifikan karena potensinya yang besar dalam merombak struktur dan sistem keuangan global. Teknologi ini, yang pada awalnya populer melalui cryptocurrency seperti Bitcoin, telah berkembang menjadi solusi yang lebih luas dengan aplikasi yang mencakup berbagai aspek sistem keuangan, mulai dari perbankan, investasi, hingga transfer uang lintas negara.
Definisi dan Fungsi Dasar Blockchain
Blockchain adalah teknologi yang berbasis buku besar terdistribusi (distributed ledger technology atau DLT) yang mencatat transaksi secara aman, transparan, dan desentralisasi. Setiap transaksi dicatat dalam blok yang saling terhubung dalam rantai (chain), dan sekali data ditambahkan ke dalam rantai, sulit untuk diubah atau dimanipulasi tanpa mempengaruhi seluruh rantai. Sifat desentralisasi ini membuat blockchain lebih aman daripada sistem tradisional yang terpusat, di mana satu titik kegagalan dapat menyebabkan risiko besar. Selain itu, blockchain memungkinkan pencatatan transaksi tanpa memerlukan pihak ketiga sebagai perantara, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Ini dapat menurunkan biaya transaksi dan mempercepat proses transfer, terutama dalam transaksi internasional yang biasanya membutuhkan waktu beberapa hari.
Potensi Blockchain dalam Sektor Keuangan
Potensi blockchain dalam sektor keuangan sangat besar, karena teknologi ini dapat merevolusi berbagai aspek operasional di industri ini. Berikut adalah beberapa potensi utama blockchain dalam keuangan:
1. Efisiensi dan Transparansi Transaksi
Salah satu keuntungan terbesar blockchain adalah efisiensi dan transparansinya. Di dunia keuangan tradisional, transaksi seringkali melibatkan banyak pihak, seperti bank, perantara, dan lembaga keuangan lainnya. Proses ini dapat memakan waktu lama dan mahal. Blockchain menghilangkan kebutuhan akan perantara ini, memungkinkan transaksi dilakukan secara langsung antara dua pihak, dengan biaya yang jauh lebih rendah dan waktu yang lebih singkat.
Menurut laporan dari PwC pada tahun 2022, penggunaan blockchain dapat memangkas biaya transaksi perbankan hingga 50%. Selain itu, dengan transparansi yang ditawarkan oleh blockchain, semua pihak yang terlibat dalam transaksi dapat melihat catatan transaksi secara real-time, yang mengurangi potensi kesalahan atau manipulasi data.
2. Keamanan dan Perlindungan Data
Keamanan adalah salah satu pilar utama teknologi blockchain. Setiap transaksi yang tercatat di blockchain dienkripsi, dan semua data yang masuk tidak dapat diubah tanpa persetujuan jaringan. Karena struktur blockchain yang terdistribusi, tidak ada satu entitas pun yang memiliki kendali penuh atas data, sehingga mengurangi risiko peretasan dan pencurian data.
Pada tahun 2020, Gartner memproyeksikan bahwa lebih dari 25% dari transaksi global akan menggunakan teknologi berbasis blockchain untuk meningkatkan keamanan pada tahun 2030. Ini menunjukkan bahwa blockchain semakin diadopsi oleh institusi keuangan sebagai solusi untuk melindungi data dan transaksi dari serangan siber.
3. Inklusi Keuangan
Salah satu tantangan terbesar di dunia keuangan global adalah inklusi keuangan, atau akses yang setara ke layanan keuangan bagi semua orang, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke perbankan tradisional. Teknologi blockchain dapat membuka pintu bagi inklusi keuangan yang lebih besar dengan menawarkan solusi yang lebih mudah diakses dan terjangkau.
Menurut laporan World Bank pada tahun 2021, sekitar 1,7 miliar orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses ke layanan perbankan. Blockchain, dengan karakteristiknya yang tidak memerlukan perantara, dapat memberikan akses keuangan bagi individu-individu ini melalui platform fintech berbasis blockchain, sehingga mereka dapat melakukan transaksi, mendapatkan pinjaman, dan menyimpan uang dengan lebih mudah.
4. Smart Contracts dan Otomatisasi Proses
Blockchain tidak hanya terbatas pada pencatatan transaksi, tetapi juga memungkinkan penggunaan smart contracts, yaitu kontrak digital yang dapat dieksekusi secara otomatis ketika kondisi tertentu terpenuhi. Smart contracts dapat mempermudah dan mengotomatisasi banyak proses dalam dunia keuangan, seperti pembayaran pinjaman, penanganan klaim asuransi, hingga investasi.
Misalnya, di sektor asuransi, smart contracts dapat secara otomatis memproses klaim ketika bukti yang diperlukan telah diajukan, tanpa harus melalui proses manual yang panjang dan rumit. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi potensi penipuan.
Tantangan yang Menghadang Adopsi Blockchain dalam Keuangan
Meskipun memiliki banyak potensi, adopsi blockchain dalam sektor keuangan tidak tanpa tantangan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Regulasi yang Belum Jelas
Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan blockchain di sektor keuangan adalah regulasi yang belum sepenuhnya terbentuk. Banyak negara masih belum memiliki kerangka hukum yang jelas terkait penggunaan blockchain dan cryptocurrency. Ini menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan dan individu yang ingin mengadopsi teknologi ini.
Contohnya, di Indonesia, regulasi tentang cryptocurrency dan blockchain masih dalam tahap perkembangan. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait penggunaan cryptocurrency, namun regulasi ini belum sepenuhnya jelas dan komprehensif untuk mencakup semua aspek dari teknologi blockchain.
2. Skalabilitas
Meskipun blockchain menawarkan banyak manfaat, salah satu kelemahannya adalah masalah skalabilitas. Saat ini, blockchain, terutama yang digunakan untuk cryptocurrency seperti Bitcoin, menghadapi tantangan dalam memproses sejumlah besar transaksi dalam waktu yang singkat. Blockchain tradisional, seperti yang digunakan dalam Bitcoin, hanya dapat menangani sekitar 7 transaksi per detik, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sistem perbankan tradisional seperti Visa, yang dapat memproses hingga 24.000 transaksi per detik.
Untuk meningkatkan skalabilitas, berbagai solusi sedang dikembangkan, seperti layer 2 solutions dan blockchain generasi berikutnya seperti Ethereum 2.0, yang diharapkan dapat memproses transaksi dengan lebih cepat dan efisien.
3. Pemahaman dan Adopsi Teknologi
Tidak semua orang memahami cara kerja blockchain dan bagaimana teknologi ini dapat diadopsi dalam bisnis mereka. Banyak perusahaan yang masih ragu untuk beralih ke teknologi blockchain karena kurangnya pengetahuan atau karena ketidakpastian terkait manfaat jangka panjangnya.
Laporan dari Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 39% eksekutif perusahaan menyatakan kurangnya pemahaman tentang blockchain sebagai salah satu hambatan utama dalam mengadopsi teknologi ini. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang lebih luas agar blockchain dapat diadopsi secara lebih efektif.
Masa Depan Keuangan dengan Blockchain
Melihat perkembangan saat ini, masa depan keuangan di tengah revolusi teknologi blockchain tampaknya sangat menjanjikan. Meskipun masih ada tantangan yang harus diatasi, potensi yang ditawarkan oleh blockchain dalam meningkatkan efisiensi, keamanan, dan inklusi keuangan tidak bisa diabaikan.
Dalam beberapa tahun ke depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak adopsi teknologi blockchain oleh lembaga keuangan tradisional, terutama dalam hal pencatatan transaksi, manajemen risiko, dan pembiayaan perdagangan. Selain itu, dengan perkembangan teknologi seperti smart contracts dan DeFi, kita akan melihat transformasi yang lebih besar dalam cara layanan keuangan disediakan dan diakses.
Blockchain memiliki potensi untuk merombak seluruh ekosistem keuangan global, dan meskipun perjalanan menuju adopsi penuh masih panjang, dampaknya akan terasa pada semua level, mulai dari individu hingga perusahaan multinasional.
Kasus Penggunaan Blockchain dalam Keuangan
Meskipun menghadapi tantangan, ada banyak kasus sukses adopsi blockchain dalam keuangan yang menunjukkan potensi besar teknologi ini. Berikut adalah beberapa contoh penerapan blockchain di industri keuangan:
1. Ripple: Transfer Uang Internasional
Ripple adalah salah satu perusahaan fintech berbasis blockchain yang fokus pada transfer uang internasional. Ripple menggunakan blockchain untuk memfasilitasi transfer uang lintas negara dengan biaya yang jauh lebih rendah dan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan sistem tradisional.
Sistem pembayaran tradisional, seperti SWIFT, dapat memakan waktu hingga beberapa hari untuk menyelesaikan transfer internasional dan seringkali dikenakan biaya yang tinggi. Dengan menggunakan teknologi blockchain, Ripple mampu menyelesaikan transaksi internasional dalam hitungan detik dengan biaya yang jauh lebih rendah. Pada tahun 2021, Ripple berhasil memproses lebih dari 1 juta transaksi dengan total nilai lebih dari 500 juta USD.
2. DeFi: Keuangan Terdesentralisasi
Decentralized Finance (DeFi) adalah tren terbaru dalam dunia keuangan yang menggunakan teknologi blockchain untuk menciptakan sistem keuangan yang terdesentralisasi, di mana transaksi dan layanan keuangan dilakukan tanpa perantara seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.
DeFi menawarkan layanan seperti pinjaman, investasi, dan perdagangan aset digital melalui platform berbasis blockchain. Pada tahun 2021, nilai total aset yang terkunci dalam ekosistem DeFi mencapai lebih dari 100 miliar USD, menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam adopsi teknologi ini.
3. IBM Blockchain: Pembiayaan Perdagangan
IBM Blockchain telah bekerja sama dengan berbagai lembaga keuangan dan perusahaan untuk mengimplementasikan solusi blockchain dalam pembiayaan perdagangan internasional. Salah satu proyek terbesar adalah We.Trade, sebuah platform blockchain yang memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah untuk melakukan transaksi perdagangan internasional dengan lebih mudah dan aman.
Platform ini menggunakan teknologi blockchain untuk mengotomatiskan kontrak perdagangan dan proses pembayaran, yang mengurangi risiko dan mempercepat proses perdagangan internasional.