Interaksi Barat dengan Islam dalam Dunia Pendidikan

oleh : Iqbal Rizkyka 
Mahasiswa S1 Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam UIN SMDD Bukittinggi
Sagonews.com - 

Orientalisme sebagai kajian yang berfokus pada dunia timur, pada awalnya memiliki masa kegelapan. Hal ini terjadi ketika zaman abad pertengahan di dunia barat yang dipimpin oleh otoritas Negara yang di naungi oleh gereja (Bapak Gereja). Yang mana menurut sebagaian para ahli fenomena ini menyebabkan kemunduran bahkan dibatasi kebebasan berpendapat. Dalam sejarah fenomena ini diisilahkan dengan masa dark age. Maka dari itu yang pada mulanya barat maju dengan mengadopsi berfikir Yunani seketika mundur dan stagnan.

Namun lain halnya dengan dunia timur. Kedatangan Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw sekitar awal abad ke 7 Masehi. Dari masyarakat Arab yang pada waktu itu terkenal dengan Jahiliyyah menjadi umat yang maju dan memiliki peradaban.

Pada setelah zaman sahabat, kepemimpinan di pegang oleh dinasti yang menganut sistem monarki. Namun demikian sokongan peerintah terhadap ilmu pengetahuan begitu positif, sehingga banyak cendekiawan yang mendapat imbalan materil yang mencukupi untuk hidup karena penemuan-penemuannya. Selain itu dari beberapa ulama juga turut melakukan pengalih bahasa dari berbagai kebudyaan baik itu Persia, India, Yunani Kuno, dan masih banyaj lagi. Hal ini yang menjadikan Islam begitu kuat dan mencapai masa kejayaan.

Di saat masa kejayaannya, banyak hadir madrasah-madrasah atau yang setingkat perguruan tinggi saat ini menjadi pusat keilmuan umat Islam. Karena selain mempelajari agama sarana keilmuan juga turut mewadahi ilmu lain seperti Ilmu alam, filsafat, tata boga, sastra, dan siyasah.

Selaras dengan cerita di awal, hal ini menjadi titik balik Barat untuk kembali mempelajari  apa yang telah lama merekka tinggalkan. Sehingga pada zaman tersebut sekitar dari abad 8 hingga 13 Dunia Islam menjadi tempat rujukan dan pusat keilmuan oleh orang-orang barat tersebut.

Maka dari itu pada konteks tulisan ini, hal inilah yang menjadi sasaran konteks penulis bahwa beberapa Universitas Islam dahulu menjadi tempat pembelajaran bagi para orientalis untuk bangkit dan mendalami dunia timur. Beberapa perguruan tinggi yang akan dibahas kali ini diantaranya Perguruan tinggi Nizhamiyah, Perguruan Tinggi Cordoba, Perguruan Tinggi Al-Azhar, serta Perguruan Tinggi Kairwan.
Perguruan Tinggi Nizhamiyah
Perguruan ini merupakan yang pertama hadir di dunia Islam yang mana menjembatani pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendiri Madrasah (perguruan tinggi) ini ialah Nizam al-Mulk. Model madrasah ini ialah dengan melakukan pembelajaran kelas diMasjid dan sekelilingnya terdapat Khan (asrama). 

Madrasah ini terkenal di zaman pemerintahan dnasti Abbasiyah yang pada saat itu dipengaruhi oleh bani saljuk yang beradzhab Sunni. Yang mana pada sebelumnya dinasti Abbasiyah di pengaruhi oleh dinasti Buwaihi yang bermadzhab Syiah. Sehingga orientasi utama dari pendirian madrasah ini ialah sebagai searana counter dari dominasi pengaruh madzhab syiah yang telah berpengaruh sebelumnya. Salah satu tokoh terkenal sebagai pipinan madrasah ini iaah Imam Al-Ghazali.

Menurut Mahmud Yunus, beradasarkan argumen dari sejarawan penekanan kurikulum materi madrasah ini ialah Ilmu syariah baik itu Fiqh maupun Ushul Fiqh. Madrasah ini tidak begitu itens terhadap ilmu falak, ilmu pasti, serat ilmu filsafat. Namun demikian menurut Hamid Hasan Al-Bigrini yang menjadikan adanya hubungan madrasah ini dengan barat ialah dengan adanya pembelajaran pada sejarah sastra, botani, dan beberapa sejarah kealaman.

Perguruan Tinggi Cordoba
Cordoba merupakan salah perguruan tinggi Islam yang hadir di daerah Andalusia yang kini dikenal dengan Spanyol. Secara geografis terletak dinatara benua Afrika dan Eropa. Pendiri dari madrasah ini Abdurrahman Ad-Dakhil yang merupakan keturunan dari raja dari dinasti Umayyah I yang sebelumnya berpusat di Damaskus. Pergruan ini didirkan tepatnya pada tahun 756M. 

Cordoba menjadi pusat keilmuan yang melahirkan kemajuan peradaban. Diketahui bahwa perpustakaannya mencapai 70 gedung yang lebih kurang terdiri dari 400.000 pengunjung setiap tahunnya. Yang di dalamnya meliputi cabang keilmuan seperti Astromonomi, kedokteran, farmakologi, filsafat, puisi, botani, biologi, fisika, kimia, arsitektur, dan masih banyak lagi.

Dengan letaknya yang strategis tersebut, Cordoba terdiri dari tiga agama besar yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Yang mana menghasilkan peradaban yang plural namun penuh toleransi. Pusat pembelajaran di lakukan di Masjid Cordoba. Salah sau took terkenal yang dihasilkan oleh Perguruan ini ialah Ibnu Rusyd yang terkenal dengan pendekatan Aristotelesnya.

Perguruan Tinggi Al-Azhar
Perguruan ini didirikan pada tahun 970 Masehi di Kairo Mesir pada zaman dinasti Fatimiyyah. Pada awalnya Perguruan ini di dominasi oleh pengaruh syiah, hingga kemudian pada zaman Dinasti Ayyubiyah mulai di dominasi oleh Sunni.

Al-Azhar merupakan salah atu perguruan Tinggi Islam yang masih eksis hingga saat ini. Bahkan banyak mahasiswa dari Indonesia yang belajar disini, Pada awal-awal keberadaannya perguruan ini hanya fokus pada pendidikan agama baik itu Aqidah, Syariah, serta bahasa Arab. Namun seiring perkembangan zaman Al-Azhar juga mengadopsi pada pendidikan Sains serta Teknik.

Interaksi dunia Islam dengan Barat turut mempengaruhi perkembangan Perguruan Al-Azhar ini. Seperti At-Tahtawi yang berhasil menerjemahkan 12 buku dari bahasa Perancis yang membahas ilmu Alam. Ia juga mengaspirasikan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Selain itu ada juga Muhammad Abduh yang memperjuangkan untuk masuknya ilmu pengetahuan umum, karena menurutnya ilmu ini memnag berasal dari allah yang merupakan Sunnatullah, Sehingga baginya penting kedaulatan rasional ketimbang taklid.

Perguruan Tinggi Kairwan
Perguruan ini biasa dikenal dengan nama Universitas Zaituna yang terletak di Afrika Barat tepatnya pada abad 9 masehi. Pada awalnya pembelajaran hanya dilakukan di Masjid besar yang bernama Masjid Uqba. 

Fokus pendidikan pada Perguruan Tinggi Kairwan ini pada awalnya  Tafsir Al-Quran, Hadis, dan hukum Islam. Namun pada penerapam Fikih Kairwan berfokus pada Madzhab Maliki. Sehingga tradisi intelektual ini turut mendorong gagasan antara dunia Islam dan Barat, terutama di Spanyol. Yang mana dapat terlihat dalam cara hukum dan etika dipelajari dan dikodifikasikan di universitas-universitas Eropa. 

Namun selain bidang agama, Kairwan juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti kedokteran, sains, filsafat, sastra dan masih banyak lagi. Tokoh yang memiliki pengaruh kuat diantaranya ialah Ishaq Ibn Imran da Az-Zahrawi yang menjadi rujukan pada dunia kedokteran dan universitas di Eropa.

Dengan demikian dapat terlihat bagaimana interaksi dunia barat dengan dunia timur (Islam) dalam membangun peradaban. Maka dari itu peran Orinetalis dalam mengambil inspirasi juga tak bisa dihindarkan melalui interkasi ini. Sehingga dalam memahami orientalis terdapat dua corak yang harus dipahami, yang pertama, Moderat yang bersifar kontruktif dan kedua, ekstrim yang bersifat destruktif.

Sumber :

Habibi, Debi farjin. (2018). “Modernisasi Pendidikan Islam Di Timur Tengah (Studi Kawasan Mesir Dan Turki)”. Risalah : Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. Vol.4. No.2.
Kees De Jong. (2010). Äl-Andalus di Bawah Kekuasaan Daulah Umayyah di Cordoba (756-1031): Suatu Masyarakat Pluralistik Beradab”. Gema Teologi : Jurnal Teologi, Vol. 34, No.1
Muhibuddin. (2023). “Madrasah Nizhamiyah Dalam Sejarah Peradaban Pendidikan Islam Di Baghdad”. AMEENA JURNAL. Vol.1 No.1
Said, Erdward W. (2016). Orientalisme : Menggugat Barat dan menundukkan Timur Sebagai Subjek. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Wahid, Ahmad Bunyan. (2018). Orientalisme Dalam Hukum Islam: Kajian Islam dalam Tradisi Barat. Yogyakarta. Magnum Pustaka Utama.