Masih Jadi Daerah Singgah, SAFARI : Limapuluh Kota Harus Jadi Destinasi Wisata Utama




Pembangunan pariwisata Limapuluh Kota menjadi salah satu fokus utama Paslon Safaruddin-Rizki (SAFARI) dalam mewujudkan misi Mendorong pertumbuhan dan perkembangan Ekonomi lintas sektoral yang memiliki keunggulan di tingkat lokal dan regional. Persoalannya, Limapuluh Kota masih menjadi daerah singgah, belum menjadi destinasi wisata utama.

"Kondisi pariwisata Limapuluh Kota masih menjadi daerah singgah. Padahal kita punya Harau, Kapalo Banda, dan banyak destinasi lainnya yang bisa dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata unggulan," ujar Cawabup Limapuluh Kota, Rizki Kurniawan Nakasri (RKN) saat berdialog dengan Haluan beberapa waktu yang lalu.

Konsekuensi menjadi daerah singgah, menurut RKN, membuat wisatawan hanya berkunjung selama 2-6 jam atau paling lama satu hari saja. Kebanyakan mereka lebih memilih untuk bermalam di Bukittinggi atau Padang. 

"Padahal, bicara tentang pariwisata berarti  bicara tentang berapa banyaknya jumlah kunjungan wisatawan ke daerah kita, dan mereka bermalam. Ini yang penting. Semakin banyak jumlah hari mereka bermalam di daerah kita, semakin banyak jumlah uang yang berputar. Dan itulah yang membuat ekonomi daerah ini bergeliat," tuturnya.

RKN yang berlatarbelakang seorang pengusaha tour and travel itu menjelaskan, kalau Limapuluh Kota hanya menjadi daerah singgah, maka uang yang berputar itu hanya untuk tiket masuk saja, makan dan beli oleh-oleh yang rata-rata satu orang wisatawan mengeluarkan uangnya sebesar 100-200 ribu per orang. 

"Tapi kalau kita membangun pariwisata yang unggul dan hebat, satu wisatawan ke Limapuluh Kota bisa menghabiskan uang 1 sampai 2 juta setiap mereka datang ke Limapuluh kota. Tentu ini akan membuat ekonomi kita lebih bagus, bangkit, dan uang berputar lebih 
lebih banyak," jelasnya.

Lebih lanjut, pemangku kebijakan Limapuluh Kota harus memikirkan bagaimana caranya agar wisatawan punya alasan yang kuat untuk bermalam dan mau berhari-hari di Limapuluh Kota. 

"Strateginya adalah destinasi utama ini harus kita bangun lebih bagus, kemudian disokong oleh destinasi-destinasi di sekitar destinasi utama dan dihubungkan dengan infrastruktur jalan yang bagus. Sebagaimana halnya Bali, Lombok, Jogja dan seterusnya. Itu daerah kecil, tetapi ketika orang berkunjung ke sana, bisa menginap 3 sampai 5 malam. Dan mereka tidak bosan karena pada setiap sudut daerah itu, ada objek atau destinasi yang bisa kita kunjungi. Itu yang mesti kita lakukan untuk pariwisata Limapuluh Kota," pungkas RKN.