Rabab Jodi Hadir Ditengah Urbannya Kota Payakumbuh

Tukang rabab bernama Jodi di cafe espresso menghibur pelanggan, lihat youtube nya di channel Sagonews

Payakumbuh, SagoNews.com - Barangkali dalam hidup yang akan tersisa hanyalah sebuah kenangan. Apakah itu kenangan tempat, kejadian dan lagu yang pernah didengarkan. Jodi (20) hadir dengan rabab Pasisia nya, ia menyanyikan pantun dan gurindam tempo dulu dengan alat musik rabab.

Jodi mengaku, ia tak bersekolah, hanya pernah disekolahkan orang tuanya di Sekolah Luar Biasa (SLB), katanya karena sulit mengerti pelajaran. Tapi kemampuannya memainkan rabab sangat baik, mirip dengan kaset - kaset rabab yang (dulu) beredar luas dipasaran.

Rabab milik Jodi, katanya dibuat sendiri. Ia belajar secara otodidak. Lewat kaset - kaset rabab yang dibelinya di pasar. Jika digunakan ilmu masa kini, maka kemampuan Jodi sesungguhnya adalah di bidang seni.

Jodi mengaku setiap malam mengamen rabab di seputaran Kota Payakumbuh. Kota yang kini sudah mulai urban dengan menjamurnya cafe - cafe dan segudang tempat hiburan malam (tempat nongkrong + live musik). 

Sehabis Isya, Jodi mengatakan, ia mulai merabab dari Martabak mesir H. Wan di depan SPBU Koto Nan Ampek, lalu turun (katanya) hingga ke Kawa Daun dan terakhir menutup malam di bandrek depan LP samping Ramayana Kota Payakumbuh. Jika siang hari, Jodi merabab di pakan ke pakan (pasar rakyat).

Penulis sendiri melihat dan mendengarnya bermain rabab di cafe espresso Bunian, depan kantor Walikota Payakumbuh, sekitar pukul 22.00 WIB. Aih, sungguh syahdu lagu - lagu yang dilantukan Jodi. Penuh syair, pantun, gurindam yang dimainkan oleh seorang penjaga budaya, bernama Jodi itu.

Langgam - langgam (cengkok) dalam irama lagunya juga sangat sesuai dengan irama tempo dulu, sesekali intonasinya naik dan sesekali menghiba - hiba, bahkan sampai membuat pendengar yang antusias melelehkan air mata.

Jodi hadir di tengah - tengah millenialisasi dan modernisasi yang begitu ribut, penuh hiruk - pikuk, musik - musik iramanya sudah bercampur aduk. Sekarang, musik bukan lagi tempat mengadukan nasib, hanya sebagai tempat meluapkan emosi yang terasa.

Saran penulis, jika mendengar Jodi memainkan rabab cobalah sejenak untuk mendengarkan. Maka akan teringat segala kenangan masa kecil, barangkali ibu - bapak kita pernah memutar kaset rabab ketika kita kecil. Jodi juga sangat rendah hati, siapa yang ramah padanya, maka akan di do'akan murah rezeki dan sehat selalu.

Yang lebih asik, rabab merupakan wadah menumpangkan perasaan. Iramanya sesuai dengan laju kehidupan dan budaya harus selalu dijaga. Menurut Jodi, budaya juga harta. Jangan sekali - kali dilupakan.

Jodi mengaku ia warga Kecamatan Mungka, tepatnya di Padang Laweh arah ke Lubuak Simato, Simpang Kapuak, Kabupaten Limapuluh Kota. Selamat merabab Jodi, semoga kamu bukan jomblo yang ditinggal mati, oleh pendengar setiamu. (Fadli Riansyah)