Petani Gambir Bakal Kehilangan Pekerjaan Jika Covid 19 Belum Pergi

Gambar ilustrasi oleh SagoNews.com

Sagonews.com - Wabah Corona (Covid-19) telah mengubah wajah dunia. Sejak ia menjadi isu serius ‘pembunuh’ umat manusia, saat ini semua negara bertindak untuk mengamankan keselamatan warganegaranya.

Badan Dunia WHO menyatakan bahwa virus ini telah menjadi pandemi global, beberapa negara pun telah melakukan karantina diri atau yang disebut dengan lockdown.

Sejak munculnya virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, -yang tanpa diduga penularannya begitu cepat, tampaknya tidak ada satu negara pun yang ‘steril’ terhadap virus Corona saat ini.

Dalam kasus penyebaran Virus Corona, maka ia menyeruak bukan hanya menjadi isu kesehatan, akan tetapi menjadi isu multi dimensi yang bersinggungan dengan konteks sosial masyarakat.

Berbagai kebijakan yang dilahirkan pemerintah guna mengantisipasi dampak ekonomi akibat Covid 19 belum mampu menyentuh semua kalangan. Salah satu yang kena dampak serius adalah petani gambir di Payakumbuh.

Eksportir dan Petani Gambir asal Luak Limopuluah, Sepdi Tido Salimbado kepada Sagonews.com mengungkapkan saat ini petani gambir ikut terkena dampak dari covid 19 lantaran hasil pertanian mereka tak bisa di ekspor ke luar negeri.

Gara-gara ada wabah ini, usaha kita macet, begitu juga petani gambir. Dengan tak dapat diekspornya gambir ini maka perekonomian petani gambir akan lumpuh, bahkan terancam terhenti," papar dia, Kamis, 9 April 2020.

Gambir adalah komoditas pertanian yang dibudidayakan di Kabupaten Limapuluh Kota. Sentra produksi gambir di Kabupaten Limapuluh Kota, terletak di sebagian Kecamatan Mungka, Kecamatan Pangkalan dan Kecamatan Kapur IX, pada masanya tanaman ini mampu membuat kehidupan petani setempat jadi sejahtera.

"Gambir harus di kampo dulu, nah itu dikerjakan oleh petani. Jika tidak dapat ekspor, petani gambir yang melakukan tugas itu tentu bakal kehilangan pekerjaan, " ungkapnya.

Ia berharap kepada Pemerintah Limapuluh Kota untuk memperhatikan petani Gambir. Kata dia, meskipun fluktuasi harga sering kali tidak berpihak kepada petani namun dari  kuantitas panen, para petani masih dapat mengepulkan asap di dapur rumah mereka. Diperkirakan, ratusan bahkan ribuan Kepala Keluarga (KK) hidup dari hasil tanaman gambir tersebut. (Red)