Oleh: Jovey Nuggraha (Mahasiswa IAIN Bukittinggi)
Abraham Geiger merupakan tokoh orientalis sekaligus tokoh reformasi Yahudi yang memulai gerakannya di Breslau, Frankfrut, dan Berlin. Geiger bersama gurunya Leopold Zunz (1794-1886) berupaya melakukan reformasi di tubuh yahudi untuk keluar dari konsep agama ritualis. Dan juga ia mengkaji intensif mengenai dunia timur dan kemudian keseriusannya ia tuangkan dalam karya “Was hat Mohammed Aus Den Judenthume Aufgenommen?” pada karyanya ini ia kemudian menjadi magnumopus-nya mengenai historis kritis terhadap konsepsi keoriginalan Al-Quran.
Menurut pemikiran Geiger, yang tercantum dalam bukunya yang berjudul “Judaism and Islam”, Geiger menjelaskan bahwa Al-Qur`an terpengaruh oleh agama yahudi dalam hal: linguistic, hukum dan moral serta pandangan tentang kehidupan. Ia juga mengatakan bahwa ada 14 kosa kata Al-Qur`an yang diadopsi dari bahasa Ibrani, diantaranya; sakinah, taghut, furqan, ma`un, masani, malakut, darasa, tabut, jannatul`adn, taurat, jahannam, rabbani, sabt, dan ahbar.
Kemudian, Geiger juga mengatakan bahwa Al-Qur`an bukanlah sesuatu yang transenden , karena “terbukti” didalamnya terdapat kombinasi dan duplikasi dari berbagai tradisi Yahudi, Nasrani, bahkan Jahiliyah. Menurutnya, Al-Qur`an hanyalah refleksi Muhammad tentang tradisi dan kondisi masyarakat arab pada saat itu (Simplikasi Bibel), dan karena itulah Al-Qur `an menjadi sebuah kitab yang bersifat kultural dan untrasenden.
Imam As-Sayuti berpendapat bahwasanya memang betul ada 120 kosa kata Al-Qur`an yang tidak berasal dari bahasa arab. Ia mengatakan bahwa adanya berbagai kosa kata yang seperti ini didalam Al-Qur`an adalah untuk menunjukkan bahwa Al-Qur`an itu mencakup ilmu-ilmu terdahulu maupun mereka yang datang kemudian.
Menurut pandangan penulis, penulis tidak sependapat dengan tokoh ketika tokoh mengatakan bahwasanya Al-Qur`an bukanlah sesuatu yang transenden, karena TERBUKTI didalamnya terdapat kombinasi dan duplikasi dari berbagai tradisi agama yahudi, nasrani bahkan jahiliyah.
Menurutnya, Al-Qur`an hanyalah refleksi nabi Muhammad tentang tradisi dan kondisi masyarakat arab pada saat itu (simplikasi bible) dan karena hal itulah ia menjadi bersifat kultural dan untrasenden. Namun, penulis berpendapat bahwa Al-Qur`an bukanlah sesuatu yang bersifat kultural dan hanya berhubungan dengan kondisi masyarakat arab saja. Namun Al-Qur`an berisi dari bagimana alam semesta ini diciptakan sampai bagaimana Alam semesta ini hancur (kiamat) hingga terdapat bagaimana keadaan manusia setelah mati dan kembali dihidupkan lagi.
Dan juga Allah berfirman dalam Al-Qur`an surah Al-An`am ayat 39 dan surah Hud ayat 2 yang artinya:
“Tiada sesuatu yang Kami alpakan dalam Kitab ini” (QS.6 Al-Anaam:39)
“Ini adalah kitab yang ayat-ayatnya telah dibuat kokoh dan bebas dari cacat, kemudian itu telah diuraikan terperinci, dari Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui” (QS.11 Hud:2)
Dari ayat diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasanya Al-Qur`an bukanlah sebuah kitab yang hanya berisi tentang kehidupan social masyarakat arab saja seperti pendapat tokoh orientalis diatas. Namun kitab Al-Qur`an memuat seluruh hal serta tidak ada satupun yang di alpakan/tertinggal dari isi Al-Qur`an itu sendiri, dan juga dari ayat diatas dapat disimpulkan juga bahwasanya Al-Qur`an merupakan sebuah kitab yang ayat-ayatnya telah dibuat kokoh dan bebas dari cacat.
Wallahu A`lam Bishawwab
Daftar Pustaka
-Geiger, Abraham, (1989). Judaism and Islam, New York : Publishing House.