Dampak Digitalisasi Bagi Perpustakaan di Era Milenial

Penulis : 
RIZKI NIA SUKRI NASUTION
Mahasiswa Agroteknologi / Fakultas Pertanian Universitas Andalas

” Salah satu cara menambah pengetahuan, yakni dengan memperbanyak Literasi, cara memperbanyak Literasi dengan cara membaca, banyak baca banyak tahu, banyak ilmu makin maju” 
Foto Ilustrasi


Sebagai guna memenuhi kebutuhan Intelektualitas dalam berpikir, maka perpustakaan hadir dalam bentuk institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam. Dalam hal ini maka perpustakaan hadir di tengah – tengah siswa, mahasiswa dan masyarakat dengan menyimpan segudang buku. Buku yang disajikan dengan beragam macam mulai dari buku pelajaran, sejarah, ilmu pengetahuan, novel serta lainnya. 
Dengan hadirnya perpustakaan memiliki misi dengan tujuan menambah wawasan serta mencerdaskan kehidupan bermasyarakat. Dalam sejarah perpustakaan sendiri, perpustakaan sudah ada sejak 5000 tahun sebelum masehi silam, tercatat dalam sejarah perpustakaan pertama di kota Ninwie, Ibukota Asyur atau Asiria. Dan di perkirakan perpustakaan dibangun sekitar tahun 669 SM sampai 636 sebelum masehi. Sementara diindonesia sendiri tercatat jika perpustakaan pertama yaitu perpustakaan di gereja Batavia yang dirintis tahun 1624.
Hadirnya perpustakaan di tengah – tengah masyarakat khusunya siswa dan mahasiswa menjadi wadah yang memudahkan dalam mencari literatur serta mempermudah dalam hal mecari referensi dan perbandingan guna membahas keadaan yang sekarang dengan hasil – hasil penelitian dan penemuan sebelumnya tentu peranan perpustakaan menjadi wadah yang harus tetap ada dan tidak boleh punah.
Namun, diera sekarang zaman sudah memasuki era milenial dimana era milenial ini merupakan generasi Y yang dimana sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Generasi ini lahir pada kisaran 1980 – 2000 an. Namun seiring terus bertambahnya waktu tentu akan membawa perubahan, terutama pada saat ini era milenial harus memasuki perkembangan teknologi yang terus berkembang secara pesat. Akibatnya memaksa generasi ini untuk terus memacu perkembangan teknologi tersebut agar tidak mengalami ketertinggalan. Salah satu yang menjadi perkembangan teknologi yang  di soroti lahirnya dan terus berkembangnya penggunaan internet. Selain itu untuk dapat mengakses internet maka dibutuhkan alat yang sering kita sebut komputer mau pun smartphone. 
Ditambah lagi dengan keinginan setiap orang, ingin segala sesuatu serba instan dan mudah untuk didapatkan. Hadirnya internet ini sudah sangat membantu keinginan setiap orang tersebut, dengan menggunkan internet maka segala sesuatu yang dicari dapat diakses dan didapatkan dengan sangat mudah, akhirnya dengan semua kemudahan yang didapat tersebut membuat orang untuk lebih memilih mencari pemahaman serta literatur dengan menggunakan internet dan tidak memilih untuk pergi ke perpustakaan. 
Terlebih lagi salah satu yang menjadi permasalahan yakni hadirnya game online yang lebih menarik peminat kaum milenial, untuk mengisi waktu kosong dari pada dengan membaca buku guna menambah wawasan, bahkan kaum milenial sendiri lebih memilih untuk mengahabiskan waktu dengan bermain bersma dengan teman tongkrongan dan bahkan bisa mengahbiskan waktu satu hari penuh untuk bermain game.
Tentu ini menjadi polemik bagi kehadiran perpustakaan, meski masih banyaknya orang yang berdatangan ke perpustakaan, namun tak banyak pula yang memilih untuk duduk dan membaca buku yang ada diperpustakaan tersebut, malah sebahagian memilih untuk duduk dengan membuka leptop serta bermain smatphone. Karna diperpustakaan sendiri memiliki jaringan wifi yang dapat diakses oleh pengujung. Jika dibandingkan dengan perpustakaan dahulu, perpustakaan sendiri memang dijadikan khusus untuk tempat membaca bagi pengunjungnya.
Dan satu lagi, yang menjadi polemik bagi perpustakaan sendiri yakni hadirnya file buku – buku yang berbentuk soft file, dengan hanya dengan mengakses internet dan mencari keyword dengan judul buku yang diinginkan maka dapat didapatkan file dari buku tersebut, sehingga ini juga menjadi pilihan bagi orang dari pada memilih keperpustakaan.
Harusnya ini menjadi hal yang harus difikirkan dengan keras untuk tetap menjaga eksistensi perpustakaan tersebut, memang tidaklah mudah untuk kembali mengembalikan peran penting bagi perpustakaan seperti di era sebelumnya. Tantangan ini menjadi PR yang sangat besar guna menunjang kembali minat siswa, mahasiswa serta masyarakat untuk lebih memilih perpustakaan sebagai tempat mengisi waktu kekosongan serta mencari literatur dan menambah wawasan. Mungkin salah satu yang dapat dilakukan dengan mulai dari membuat duta perpustakaan milenial yang mampu menarik orang untuk giat kembali untuk mendatangi perpustaakan, atau dengan memberi penghatgaan bagi mahasiswa yang sering datang mengunjungi dan membaca buku sebagai mahasiswa kutu buku, atau mungkin dengan membuka suatu ruangan wadah berdiskusi bagi mahasiswa dengan membuat kegiatan berupa membedah buku, atau terus membuat suatu seminar tentang pentingnya membaca bagi menambah wawasan atau lain sebagainya.
Mungkin solusi tersebut juga beberapa pengurus perpustakaan tersebut telah mencobanya namun berhasil atau tidaknya hal itu tidak dapat dijamin sebab harus bersaing dengan era modern yang melahirkan perkembangan teknologi yang pesat dan menjadi sarana instan bagi penggunanya. Namun tak salah untuk dicoba agar tidak menghilangkan peranan penting serta tujuan dari perpustakaan tersebut.

Biodata penulis :
Nama : Rizki Nia Sukri Nasution
NIM : 2110216003
Status Mahasiswa : Prodi Agroteknologi
Fakultas : Pertanian 
Institusi : Universitas Andalas Padang
No. Hp / Wa : 0822-6889-2293
Alamat : Komplek, Batu Busuk, Jln Limau Manis, padang