“Memanusiakan Manusia”, Omong Kosong Belaka?



Oleh: Jovey Nuggraha (Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi)

SagoNews.com - Sejatinya, konsep “Memanusiakan Manusia” merupakan bagian dari humanisme. Humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia. Singkatnya, memanusiakan manusia berarti; mengetahui, paham, serta tahu bagaimana kita memperlakukan manusia seperti yang seharusnya. 

Kata “Memanusiakan Manusia” kerap ditujukan kepada “Pemerintah” dalam melayani rakyatnya. Artinya, pelayanan publik yang memanusiakan harus dirasakan oleh masyarakat luas. Namun, konsep “Memanusiakan Manusia” tidak hanya terbatas di bidang pelayanan tetapi juga menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia, terkhusus dalam konteks kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. 

Masalahnya hari ini, kita sering lupa dan tidak sadar terkait betapa perlu dan pentingnya kita memanusiakan manusia. Banyak dari kita yang terkadang hanya menganggap remeh segala persoalan yang terjadi antara kita sebagai sesama manusia, yang pada akhirnya ungkapan “Memanusiakan Manusia” hanya akan menjadi omong kosong belaka. 

Lalu, bagaimana kita bisa untuk mewujudkan dan mengamalkan istilah memanusiakan manusia agar nantinya tidak menjadi omong kosong belaka? Salah satunya, tentu saja kita harus memiliki bekal yang cukup terkait pemahaman dan pengalaman luas tentang memanusiakan manusia, agar nantinya kita tidak salah dalam mengambil berbuat dan mengambil tindakan dalam konteks terkait memanusiakan manusia. 

Disamping itu, dari sikap dan empati tentu manusia harus paham betul mengenai norma serta attitude yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, ketika kita mampu untuk mengerti dan memahami, maka nantinya juga akan mampu menerapkan nilai dan norma dalam bersosialisasi dengan manusia lainnya, serta juga mampu menjadikan lingkungan sekitar dapat dikatakan sebagai masyarakat yang Madani. (Masyarakat Madani atau biasa disebut Civil Society merupakan suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya).
 
Penulis juga berpendapat bahwa, Pendidikan juga mempunyai peran yang teramat penting dalam membentuk dan mencetak karakter sebagai seorang manusia yang manusia. Namun, tentunya juga harus di iringi dengan beberapa tindakan seperti halnya mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, menghormati, dan saling menghargai seperti halnya kebebasan hak asasi, dan keadilan sosial, serta menjunjung tinggi etika dan moralitas. Agar nantinya istilah “Memanusiakan-Manusia” tidak menjadi omong kosong belaka.