Catatan Kasih Sayang : Pinto Janir
Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, ia anak seorang petani. Bukan anak orang kaya. Sosoknya sungguh memberi inspirasi ke banyak orang. Pada usia 24 tahun ia sudah menjadi Sekretaris Desa. Setahun kemudian menjadi Kepala Desa. Ia menorehkan sejarah di Sumatera Barat sebagai Kepala Desa termuda di zamannya. Luar biasa, ia anggota DPRD 5 periode di Kabupaten dan Provinsi, hingga kini terpilih menjadi bupati.
Safaruddin bukan sosok “pelupa”. Lupa kepada segala janji setelah terpilih. Lupa kepada tim yang bergiat membantunya.Lupa kepada kawan-kawan. Sekali lagi, sosok dan tipikal yang pelupa begitu, bukanlah tipikal seorang Safaruddin.
Bahkan, bisa disebut pintu rumah dinasnya terbuka 24 jam. Tidak seperti yang lain, ketika ia butuh, ia ketok pintu rumah orang. Tapi, begitu ia meraih sukses dan kemenangan, pintu rumahnya tertutup. Handphone otomatis mati. Dihubungi, sungguh mati sulitnya. Yang begini-begini, bukanlah Safaruddin. Itu orang lain.
Safaruddin tetap Safaruddin yang suka berkawan dan penuh gagasan. Safaruddin adalah Safaruddin yang tiada pernah jenuh dan bosan melayani orang banyak. Safaruddin adalah Safaruddin yang selalu merawat dan menjaga silaturahim. Safaruddin adalah bupati yang ramah dan cintai orang banyak.
Safaruddin, sosok nyaris tanpa lawan. Baginya, seribu kawan tidaklah cukup, satu lawan amatlah banyak. Safaruddin pribadi yang penyayang dan penyabar. Ia seorang penyimak. Ia seorang pendengar yang baik. Segala keluh kesah rakyat ia simak dan ia dengar. Kemudian, ia urai satu persatu Solusi yang bijak dan arif.
Aura Safaruddin adalah aura kasih sayang dan cinta. Sebab itu pula, kemenangan selalu menyertainya. Lima periode berturut-turut, kursi DPRD selalu di tangannya. Karena kepeduliannya.Karena elok budinya. Karena, gagasan mulianya untuk membangun nagari. Karena, itu pula orang banyak memercayai suara kepadanya .
Ia amatlah amanah. Jauh dari sikap munafik. Ia pemimpin yang berintegritas. Dapat dipercaya. Konsisten dan memegang komitmen untuk melaksanakan visi misinya.
Sewaktu mencalonkan diri menjadi bupati, tak banyak yang memprediksi ia akan meraih suara terbanyak. Tapi, fakta berkata lain. Ia berhasil memenangkan Pilkada.
Ia meraih kemenangan bukan karena uang berlindak. Bukan karena pitih yang banyak. Memang, Safaruddin bukan orang kaya. Ia hanya sosok sederhana. Rumahnya bukan seperti istana. Rumahnya, rumah berbangunan biasa. Seperti rumah rakyat kebanyakan.
Ia pemimpin yang rendah hati. Sangat bersahaja. Komunikasinya sangat bagus. Ia bisa saja duduk bersila atau makan bajamba bersama rakyatnya. Ia bisa saja, ngopi-ngopi asyik di pelosok nagari di lepau tradisi.
Kalau ke mana-mana, tak pernah ia duduk di kursi VIP, selalu saja di bangku kelas ekonomi. Soal blusukan.Soal berkunjung ke berbagai pelosok nagari, itu sudah air mandinya. Bahkan, kata sebagian orang, kesederhanaannya seperti seorang Jokowi. Rasa pedulinya terhadap orang-orang susah sangatlah tinggi. Ia pemimpin yang benar-benar memiliki hati nurani.
Dia pemimpin elok budi. Pahibo kan urang rami. Walau begitu, ia tegas. Ia seorang penganut ajaran disiplin tinggi.
Bila begitu; mari kita doakan dan kita dukung bersama-sama, semoga di tangan seorang Safaruddin, Kabupaten Lima Puluh Kota bangkit dari segala keterpurukan.
Ia sosok yang tidak pernah merasa lelah. Sosok yang tiada pernah berhenti berpikir dan bergerak…
Ayo, Pak Bupati….kami bersamamu ! (*)