Kami terbiasa mengingat pelanggan - pelanggan kopi Sago. Penulis sendiri, selaku pemilik usaha (owner kata orang sekarang) mengingat siapa pembeli dan pelanggan pertama. Termasuk orang setelahnya, sesudahnya dan seterusnya..
Selain ada dalam sebuah database microsoft excel, tentunya melekat di kepala. Kepada mereka diucapkan terimakasih yang tak hingga!
Di samping pembeli, tentu juga ada partner dan mitra. Jasa - jasanya sungguh tak bisa dilupakan. Termasuk guru - guru, senior - mentor kawan - kawan dan adik - adik.
Meskipun secara angka, penjualan sedang merosot hingga 80% sejak 2 tahun belakangan ini, namun secara kekayaan sejarah dan history perjuangan, tak ada satu pun yang bisa dilupakan.
Sago Green Coffee yang dimotori oleh Sago One Vision itu pun kini tetap ada. Soal nama, cukup penulis saja yang mengingatnya, menikmati ingatan hari - hari bersama mereka kadang lebih enak daripada seduhan kopi di cafe - cafe saat ini.
Kita yakin ruh dan spirit kebersamaan itu selalu ada, namun kini pandemi memaksa kita agak sedikit melemah, menjarak. Tapi bukan berarti putus asa. Ada fokus yang terpecah, pekerjaan dan profesi yang sudah bergeser, namun semua akan kembali kepada visi yang telah disepakati bersama.
Penulis sendiri, memecah fokus berwirausaha dengan kembali menulis, sesuai hobby meski tak sesuai passion. Namun bukan berarti meninggalkan ranah produksi, tetapi pemasaran saat ini memang sengaja dikurangi. Karena jelas - jelas banyak jiwa yang terdampak oleh pandemi, tentunya promosi tak bisa dipaksakan.
Jika ekonomi nasional dan global telah pulih, ekonomi keluarga telah bagus. Penulis yakin, Sago Green Coffee masih melekat di kepala pembaca dan dengan senang hati membelinya. Kan lumyan sebulan bisa turun 2Kg secara alami.
Oh ya, soal amal dan sosial, sebenarnya telah kita siapkan dan salurkan, namun kita telah sepakat agar tak mengumbar - umbarnya. Kita membiarkan orang ikhlas bertemu orang ikhlas, untuk kemudian berbagi ke sesama.
Salam satu hati
Sago One Vision Team
