Gus Baha: Penalaran Sederhana Atas Pendidikan Islam


SAGONEWS.COM - Hampir semua kita tentu saja mengenal Gus Baha, sosok yang sangat karismatik dan dianggap sebagai ulama yang sangat luar biasa, tetapi walaupun dianggap sangat karismatik dan banyak sekali fans-nya, dalam pengakuannya sendiri pernah dihujat, pernah di tentang saat Beliau mengatakan bahwa orang tualah yang harus berbakti kepada anaknya, bukan sebaliknya.
 
Secara psychologis pernyataan Gus Baha ini benar, benar dalam etika modern, dan benar dalam agama. Tetapi karena masyarakat kita itu adalah masyarakat feodal yang pada umumnya menggunakan dalil agama, moral dan sebagainya. Untuk melindungi feodalisme itu, maka pernyataan seperti ini pun di tentang. Kalau misalkan kita menelisik lebih dalam, misalkan pada the etika modern disebutkan seperti ini: 
“kurang lebih orang tualah yang harus berbakti kepada anaknya.  karena orang tua itulah yang punya pilihan, si anak tidak punya pilihan apakah dia dilahirkan kedunia atau tidak dari rahim, yang mana dan orangtua yang seperti apa dia sama sekali tidak memiliki pilihan yang memiliki pilihan itu adalah orang tuanya. Apakah dia harus punya anak atau tidak”. 

Karena itu, dalam etika modern, orang yang paling bertanggungjawab itu adalah orang yang memiliki pilihan (baligh). Setiap orang berhak untuk mengambil pilihannya sendiri berhak untuk mengambil keputusannya sendiri tetapi dia harus bertanggung jawab atas hal yang disepakati bersama. Nah karena itu, maka orangtua memiliki hutang budi kepada anaknya, karena si anak tidak pernah ingin dilahirkan, tetapi dilahirkan oleh orang tuanya. 

Pada nilai-nilai agama atau dalil-dalil agama juga ada sebuah kesalah pahaman. Misalkan agama Islam mengatakan, “anak harus berbakti kepada orang tuanya”. Makanya si anak itu harus disuruh-suruh terus, kalau sianak menolak atau marah-marah sih orang tuanya tambah marah lagi. 
Sebenarnya, anak kecil itu tidak dibebani oleh tanggung jawab apapun. Kenapa? Karena, anak itu tidak memiliki taklif, tidak memiliki pembebanan. Seorang anak yang memiliki taklif itu setelah dia dewasa, atau setiap setelah dia baligh. Jadi kalau ada anak kecil melakukan perbuatan dosa, dosanya itu untuk orangtuanya, bukan untuk si anak tersebut.  

Maka, berbakti kepada orang tua itu ditujukan kepada orang yang sudah dewasa kepada orangtuanya yang sudah sepuh. Dalam do’a orang Islam ialah “Kasihilah orang tua kami seperti mereka mengasihi kami sewaktu kami masih kecil”. 
Kenapa ada bubuhan terakhir Sewaktu kami masih kecil ? Karena do’a itu diajarkan kepada orang yang sudah dewasa.  Nah, tapi sekali lagi anjuran ini, kemudian ditelan mentah-mentah oleh feodalisme, bahkan orang sekelas Gus Baha pun katanya di tentang dan disesatkan. Penulis ini pun mungkin akan banyak orang yang akan menentangnya, tapi biasanya ide-ide yang baru memang seringkali di tentang. (*)

Ilham Sahruji, penulis adalah :
Ketua Umum HIKADU, Mahasiswa Filsafat UIN SMDD Bukittinggi
Email: sahrujiilham@gmail.com