Bagian II : Catatan Perjalanan Jakarta - Payakumbuh

Tangkapan layar video perjalanan di atas kapal



Oleh; Fadliriansyah

Gumarang Jaya memasuki geladak kapal, penumpang wajib turun, naik ke atas kapal. Suasana di atas kapal ferri tujuan Merak - Bakauhuni, juga sangat indah. Semua duduk dengan teratur, ada ruang main anak dan ruang menyusui juga.

Untuk smoking area, bisa ke bagian luar kapal, bisa juga menikmati suasana laut sepuasnya. Disini, kerinduan kepada anak - istri dan keluarga mulai memuncak. Apalagi mendengar tawa kelakar anak - anak yang bermain sepuasnya, secara gratis di wahana atas kapal tersebut. Suatu saat mereka akan ku ajak !

Tak terasa waktu satu jam telah ku lalui, memandang pulau - pulau dan kapal - kapal indah lain nya membuat ku sansai....

Datanglah pengumuman dari petugas kapal, bahwa sebentar lagi kapal akan berlabuh, penumpang dipersilahkan kembali ke mobil. Lalu aku dan penumpang lainnya, mulai berbondong - bondong turun, kembali ke atas mobil.

Selamat datang di Kota Lampung !
Itu tulisan pertama sekali yang ku baca di pelabuhan, persembahan dari Dekranasda Bandar Lampung. 

Lampung terlihat indah, sesekali di bawah jembatan nya terlihat lukisan mural nan eksotis. Konsep - konsep bangunan disana juga memadukan dengan rumah adat Lampung. Sayangnya aku tak sempat ambil foto, karena bus melaju dengan cepat !

Sesekali aku baca, Universitas Lampung, Universitas Bandar Lampung, Institut Agama Islam Negri (IAIN) Metro. Dan lain - lain bangunan tinggi disana.

Aku di Bandar Lampung sekitar pukul 16.00 WIB - 19.30 WIB, di tiap - tiap bundaran jalan aku lihat polisi lalu lintas yang gerak cepat (gercep) mengatur arus kendaraan. Berbeda dengan Jakarta yang diatur oleh swasta. 

Di Pangkalan Operasi (PO) Gumarang Jaya, kami makan bersama, rumah makan padang. Lauk yang ku idam - idamkan sejak di Jakarta adalah "gulai cincang," pas aku dapatkan sesuai dengan rasa yang ada di Payakumbuh atau di Limapuluh Kota.

Di PO Gumarang, kita makan dikasih gratis Rp. 20 ribu, dipotong dari harga tiket. Ba'da maghrib kami bertolak ke provinsi Sumatra Selatan (Sumsel)

Namun di Sumsel atau di Palembang, tak banyak kisah yang bisa ku tulis. Sebab dinginnya AC bus dan perjalanan sebelumnya, membuat ku ingin bergelumun di dalam selimut, memejamkan mata dan entah dimana adalagi penumpang yang naik dari Palembang menuju Padang.

Sekeluarga, kata ibu - ibu yang duduk disampingku mereka ada acara pesta di Padang, "adik saya ada yang menikah di Padang," katanya ketika aku terbangun pukul 03.00 pagi sudah berada di Kota Jambi atau Kabupaten Dharmasraya.

Seingatku, aku terbangun di rumah makan Umega. Disana aku makan sate dan minum kopi susu. Karena agak lama turun karena ketiduran, aku hampir saja ditinggalkan oleh bus Gumarang.

Rupanya tidak, pas sopir yang udah agak tua itu (sekitar 50th) ingat denganku, begitu juga dengan sopir II dan III nya. "Lah, lah barangkek wak lai," ucap sopir itu kepada ku dari atas bus.

Perut sudah berisi lagi, AC makin dingin, kopi susu yang cuma habis setengah itu, tak mampu menahan rasa kantukku. Selimut aku tarik lagi, bergelumun. Santai, sejenak mengistirahatkan tubuh.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, aku fikir bus akan langsung ke Payakumbuh, tapi rupanya ke terminal Bareh Solok dulu. Disana penumpang yang ke Padang dan daerah lain dipisah - pisah.

Sekitar pukul 14.00 WIB kala itu aku terbangun. Tinggal kami yang ke Payakumbuh dan Kuranji Limapuluh Kota, yang tinggal. Dari Solok menuju Kota Padang Panjang, melewati danau Singkarak.

Kemudian terus ke Bukittinggi dan Payakumbuh, sekitar pukul 18.00 WIB aku sudah sampai di Koto Baru Simalanggang. Dijemput istri menuju rumah. Kemudian aku mandi dan segera mengabarkan senior, rekan kerja dan pimpinan kalau aku sudah di rumah.

Perjalanan yang di tempuh dari Jakarta ke Padang ± 32 jam. Dari pukul 10.00 WIB 15 Januari hingga pukul 18.00 WIB 16 Januari 2024. 

***


Di Jakarta, selain di Kalibata aku juga menyempatkan diri berkunjung ke Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. Sebagai seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) wajib rasanya untuk bersilaturrahim.

PP Muhammadiyah terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Teman kader IMM seangkatan denganku, Zikri, kini telah menjadi pengurus disana. Ia sukses menjadi kader bangsa. Bersama dengan ketua umum Abdul Musawir Yahya dan bendahara umum Riyan Betra Delza aku sempatkan berfoto.

Sebelum ke PP Muhammadiyah, aku dijamu pula oleh tokoh pengusaha asal Payakumbuh, Bang Wahyudi Thamrin. Lama kami berdiskusi, tentang kemajuan anak nagari, tentang kemajuan daerah. Kesimpulannya, bersama - sama kita bisa. Antara daerah dan rantau harus terjaga jembatan hati !

Ke esokan harinya, pada hari ke tujuh aku di Jakarta, bertemu pula dengan staff ahli DPR RI. Seorang senior juga. Lama kami berdiskusi tentang usaha, terutama di bidang pertanian dan peternakan. Tentunya bagiku yang utama adalah silaturrahim tadi, isi diskusi menjadi bahan catatan sendiri untuk dieksekusi.

***