Menelusuri Aneka Penganan di 50 Kota, Kita Menemukan Apa???

Foto Ilustrasi

SagoNews.com - Jelang lebaran Idul Fitri tahun 2020,  cukup beragam aneka penganan khas Kabupaten Limapuluh Kota nan bisa pembaca ikuti. Kendati PSBB masih berjalan, setidaknya redaksi SagoNews mencoba menyajikan berdasarkan liputan UMKM, Senin (18/5). Meskipun belum memungkinkan kita bersama keluarga mengunjungi tempat wisata yang indah, mencium aroma wangi sawah atau membeli oleh - oleh khas Luak Limopuluah, Minangkabau. Namun kehadiran dunia maya telah sedikit membantu kita dalam mengurai kerinduan terhadap ranah bundo, Sumatra Barat ini.

Tadi siang dengan mengendarai sepeda motor, penulis jalan - jalan ke daerah Mudiak, yaitu ke Nagari Kubang dan Ampang Gadang yang sama - sama berada di Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota. Rutenya  kalau dari Kota Payakumbuh, kita harus berada di Jalan Tan Malaka terlebih dahulu, kemudian menuju lampasi dan ambil jalur kiri pada pertigaan sehabis jembatan Lampasi. Jika navigasi google maps diaktifkan, maka kita akan diperintahkan untuk selalu berada di Jalan Tan Malaka.

Pembaca akan berjumpa dengan Kantor Camat Payakumbuh yang berada di sebelah kanan, kemudian SPBU Tabekpanjang di sebelah kiri, MTsN Danguang- danguang di sebelah kanan, hingga bertemu dengan batang beringin besar di sebelah kiri. Setelah itu pasar Danguang - Danguang dan pada sebelah kiri akan terlihat petunjuk jalan menuju Kubang.

Jika setelah petunjuk jalan pembaca langsung masuk pada simpang sebelah kiri itu, maka sekitar 50 meter akan bertemu dengan mesjid, 50 meter setelah itu ada mesjid lagi berwarna putih kemudian terus menuju jalan yang sedikit mendaki, kemudian bertemu dengan keramaian pasar dan ada mesjid raya Kubang yang cukup besar. Setelah itu apa yang kira - kira dilakukan penulis?

Kepada pedagang gorengan yang dijumpai di dekat pasar itu penulis menanyakan rumah bapak Nur Indra, beliau adalah pemilik usaha Rakik Kacang Hikmah, meskipun sebelumnya telah kontak via telepon dengan Pak In, namun bertanya di jalan adalah wajib hukumnya, agar tak tersesat. Rasa penasaran akan rakik kacang dengan jumlah kacang yang lebih banyak itu sebenarnya yang membuat penulis ingin jalan - jalan ke Kubang.

Memang benar adanya, produksi rakik kacang dengan kwalitas terbaik itu dapat dijumpai disini, harganya juga relatif murah, sesuai dengan kantong mahasiswa atau pun ibu rumah tangga. Sekitar 15 menit bercerita dengan Pak In, penulis berkesempatan masuk ke dapur produksinya yang bersih, lantainya dilapisi tikar plastik dan ada juga sebagian yang dilapisi dengan seng plat. Wajar jika di depannya sudah tertera stiker halal dari MUI.

Oh ya, pemandangan di Kubang sungguh menawan. Bukit hijau bagaikan bantal lembut ada di hadapan, bukit - bukit lainnya bagaikan kepala dipan, memanjakan mata dan serasa diri ini bagaikan raja yang menuju singgasana. Jika dari rumah Pak In itu diteruskan lebih lanjut, maka kita akan sampai di Taratak Kubang, sentra produksi mansiang. Mansiang atau yang disebut Kambuik merupakan kerajinan anyaman yang berfungsi sebagai tas, dompet dan lain - lain.


Namun karena sudah pukul 16.00 WIB penulis memutuskan untuk bertolak ke Ampang Gadang, minta bantuan ke Pak In agar ditunjukkan jalan. Pas pula Pak In akan mengantarkan Rakik Kacang Hikmah ke kedai - kedai di sepanjang Jalan Tan Malaka tadi. Lalu, dari rumah Pak In kami menuju jalan utama yaitu Jalan Tan Malaka, penulis juga melihat ada sentra tenunan Kubang. Pemandangannya sawah dan juga ada mesjid lainnya. Penulis merasakan betapa indahnya alam dan rumah ibadah ini, jika benar - benar dijaga dan diperhatikan.

Sesampai di jalan utama, kami belok kiri, sekitar 200 meter dari simpang keluar Pak In menunjukkan sebuah TK, "masuk ke dalam sekitar 200 meter nanti ada simpang empat, lalu belok kanan," katanya menunjukkan tempat yang penulis tuju, yaitu tempat produksi kue kering Sagun Bakar Amakami.

Sagun bakar bagi penulis adalah kerinduan yang lain, tersebab pada masa kecil pernah mencicipnya di rumah tetangga waktu hari raya. Ternyata produksi sagun bakar adanya di Ampang Gadang, Kecamatan Guguak ini. Di nagari lain, barangkali juga ada namun belum penulis ketahui. Akhirnya, dengan bantuan telepon seluler penulis berhasil sampai ke rumah Ni Yus, pemilik usaha sagun bakar Amakami tersebut. Itu pun karena Ni Yus telah menunggu di pinggir jalan.

Maklumlah rumah Ni Yus agak sedikit ke dalam, di sekitar SDN 08 Guguak VIII Koto Talago (?). memasuki rumah Ni Yus, rumput hijau bagaikan permadani yang menyambut. Di dalam rumahnya juga terlihat aneka kue kering tersusun rapi dan bersih. Di tambah lagi dengan kue sagun bakar berwarna putih, menambah sejuk mata ini. Jika saja tadi tidak sedang puasa Ramadhan, maka jari - jari ini tak tertahan untuk menggiring kue sagun bakar Amakami ke dalam mulut. 

Sambil bercerita dengan tetap mematuhi anjuran pemerintah, untuk menjaga jarak dan menggunakan masker. Penulis bercerita tentang kue sagun bakar yang dulu pernah dicoba, tetapi ternyata berbeda. Kue yang pernah dicoba itu ternyata namanya kue santan, bukan sagun bakar. Meskipun warnanya sama - sama putih, namun kue sagun bakar ternyata lebih pipih. Apakah kue sagun bakar dari parutan kelapa? Lupa pula penulis bertanya.

Yang pastinya dengan ikhlas Uni Yus telah membungkuskan 3 versi kue kering, yang hingga saat malam ini masih penulis anggap adalah kue sagun bakar. Namun kata Ni Yus tadi sore, ada kue bakar, kue santan dan ada juga kue jahe. Sekarang ini yang baru penulis coba adalah kue sagun bakar Amakami, aduhai rasanya. Enak dan garing! Tak lengket di mulut atau pun kerongkongan, pokoknya Ni Yus is the best.

Sampai - sampai penulis lupa, bahaa kue ini adalah untuk Gibran, anak penulis yang suka endorse produk UMKM di instagram atau pun aplikasi tik-tok. Yang pastinya tadi, kue sagun bakar sudah dimakan Gibran dengan ikhlas, sampai - sampai penulis lupa mengambilkan video nya. Yang pasti, penulis dan Gibran sama - sama sudah menikmati.

Oh ya, kue sagun bakar Amakami atau pun rakik kacang Hikmah sama - sama enak jika diminum dengan kopi Sago, soal kopi penulis banyak tahu daripada Pak In dan Uni Yus tadi. Karena usaha kopi yang penulis jalani juga telah berumur 3 tahun, meski pun sama muda dengan orangnya, semua produk itu layak dihidangkan saat lebaran idul fitri 1441 Hijriyah nanti. Kontak kami disini.

(Fadli Riansyah)